Arsip Blog

Minggu, 07 November 2010

The Unlucky Event(Fiction Story)

The Unlucky Event
Sinopsis

Aku adalah seorang mahasiswa S1 jurusan IT di sebuah universitas swasta di Indonesia, saat ini umurku 20 tahun. Hari-hari ku selalu berada di sekitar benda-benda “mati” yang disebut hardware dan software. Enggak ada yang begitu menarik di hidupku ini, selain jurusan yang ku ambil. Setiap orang punya pacar, begitu pun aku. Handphone dan Laptopku adalah pacarku yang setia. Kenapa? Karena semua hal-hal yang menarik ada di situ. DVD, MP3, MP4, dan software(perangkat lunak) yang diperlukan demi mengatasi hari-hari membosankan. Kamarku adalah markas bagiku. Aku sangat menyukai makanan yang alami. Yah, bukannya aku nggak pernah, aku hanya ingin hidupku bersih.

Hari ini rabu tanggal 12 desember 2012. Setiap orang di universitas tempatku kuliah sudah lulus dan bekerja. Hanya aku yang masih bertahan. Yah, pecundang bertahan. Seperti biasa, aku pulang dengan berjalan kaki. Menunggu di halte angkutan umum adalah hal yang sangat membosankan. Untuk membunuh waktu, aku pun mendengar MP3 di Handphone ku

Tapi kayaknya, lama-lama kok sepi ya? Ini kan masih jam 10 malam, gitu. Ok, mendingan jalan aja deh. Udah jalan jauh begini, kok masih sepi? Setahuku, kota ini adalah kota yang paling padat diantara kota lainnya. Capek juga, dari tadi jalan kaki melulu. Istirahat dulu ah. Hmmm, ada warung tuh. Kebetulan lagi haus berat. Tapi kemana yang jualan? Peduli amat, duitnya ku taruh aja. Yang penting udah bayar. Mmmm, segernya. Lumayan untuk mengisi tenaga. Eh, kayaknya ada yang pegang pundak ku.

Pak, duitnya udah di taruh di warung tuh. Pak…? Pak…? Pak… duitnya….
Pak kok diem? Mukanya bapak pucat? Bapak sakit? Ada yang aneh dengan bapak ini. Dia diam saja. Mulitnya di penuhi dengan liur dan muntah, urat matanya merah. Sepertinya pikirannya ada ditempat lain.Lama-kelamaan pupil matanya makin berputar keatas. Lalu ia pun pingsan. Pak? Bapak kenapa? Ku periksa denyut nadinya. Astaga ia meninggal? Lalu saat ku lihat punggunggnya. Ternyata bajunya sobek, Ada bekas gigitan di pundaknya. Aku tidak tau hewan apa yang menggigitnya. Dari gejalanya yang terlihat tadi seperti rabies.

Karena tidak ada seorang pun sepertinya yang dapat membantuku. Kuputuskan untuk menguburkannya sendiri. Dengan sebuah becak pengangkut, aku membawanya ke sebuah pemakaman yang  tak jauh dari warung.

Pemakaman yang sunyi, dan gelap. Sempat terpikir olehku untuk meletakkannya saja disana, dan berharap semoga esok pagi akan ada yang mengurusnya sendiri agar aku dapat segera pergi dari tempat menyeramkan ini. Tapi, dari pada di kira kasus pembunuhan nantinya. Lebih baik kusegerakan saja.

Wahai bapak semoga engkau tenang di sana. Tiba-tiba tanah seperti berguncang, apa ada gempa ya? Dari bawah seperti ada sesuatu yang menggali tanah. Hah? Huah….! Ada tangan keluar! Suatu pemandangan yang jarang terjadi. Satu-persatu tangan keluar dari dalam tanah. Lalu di ikuti tangan yang lainnya. Dan melompat keluar. Dan itu terjadi di setiap blok tanah pemakaman itu.

Hah! Tidak pernah kubayangkan ada orang mati yang dapat bangkit kembali. Tidak dengan wajah dan penampilan yang mengerikan seperti itu.
Mendadak semua orang-orang yang sudah mati itu keluar dari kuburannya.

Run Away

Sial! Jika ini adalah malaikat pencabut nyawa yang dikirim untukku, aku tidak ingin cepat-cepat mati dulu. Hey, aku belum merasakan indahnya pernikahan. Tapi sepertinya, mereka tidak ambil pusing dengan masalahku. Tatapan mata makhluk-makhluk mati itu membuatku jadi gentar, kuputuskan untuk menghindari mereka. Secara cepat mereka mulai berlari kearahku. 

Makhluk-makhluk ini berlari seperti mengejar mangsa, seperti orang mati yang kelaparan dan sudah tidak makan selama ribuan tahun. Tiba-tiba salah satunya melompat kehadapanku. Dengan spontan aku menghujamkan cangkul yang kugunakan tadi pada kepalanya. Darah segar pun muncrat. Sepintas aku baru mengenali sosoknya adalah bapak penjaga warung yang ku kuburkan tadi.

Selesai yang satu, yang lain pun datang. Sesegera mungkin aku melarikan diri. Menuju becak pengangkut, agar mempercepat lajunya, dengan cangkul tadi kupatahkan bagian pengangkutnya.  Dengan secepat kilat kugowes sepeda dadakan, menuju jalan raya terdekat.

Fiuh! Bye…bye… living dead.
Lolos juga. Lega banget deh. Nah, sekarang aku ada dimana? Wah, gajah makan kawat. Nyasar nih! Sial banget hari ini. Udah dikejar-kejar orang mati, sekarang nyasar. Ya tuhan, apa lagi yang akan datang? Bagus, sekarang ban sepedanya yang kempes. Mana enggak ada toko disini. Moga aja ada yang nolongin aku sekarang.

Samar-samar disaat lelahku, aku melihat sebuah cahaya. Sebuah bus! Aku mengacungkan tangan, perlahan bus itu pun berhenti. Seorang pria yang sepertinya berumur 30 tahun membuka pintu dengan mengacungkan senjata otomatis kearahku.

Anak muda, apa kau bersih? Setelah kaget, aku pun menjawab. Hah? Ya, seratus persen pak. Untuk memastikan ia pun memeriksa diriku. Sendirian saja nak? Hah? Ya, tadinya sih ada sekumpulan orang mati yang menemani. Ha ha, Lelucon yang buruk nak, tidak baik untuk kesehatan. Ayo, masuk ke bus. Saat aku memasuki bus itu, yang kulihat adalah wajah-wajah ketakutan, ada yang sedang menangis, ada yang mencoba menghibur yang lainnya. Ada beberapa orang yang siap siaga dengan amunisi dan senjatanya.

Aku pun bertanya kepada pria yang menyambutku tadi. Pak, apa yang sebenarnya terjadi disini? Hmmm, siapa nama mu nak? Aku Jhoni chaniago. Cukup panggil Jhoni. Nama bapak? Khairun. Khairun saja? Ya, apalah arti sebuah nama. Jadi kamu belum tau? Tau apa? Kita sedang berada ditengah peperangan nak, peperangan melawan para mayat hidup. Setiap orang bisa saja terjangkit. Hal ini sudah meluas di seluru penjuru kota. Dan kita dalam perjalanan menuju tempat pengungsian.

Hah? Kejadian yang begitu cepat ini menyadarkan ku betapa rindunya aku akan rumah. Hal yang kucemaskan adalah keluargaku. Apakah mereka baik-baik saja saat ini.

Bus Of Fear

Jalanan siang hari di kota terlihat sangat porak-poranda. Kendaraan rusak berjejer di tengah jalan, Gedung-gedung hancur seperti habis di jarah oleh masyarakat. Bedanya kini oleh masyarakat yang sudah mati, mencari daging segar yang hidup. Beruntung bagiku saat ini aku dapat bersama orang-orang yang masih bertahan. Berberapa dari mereka menembaki mayat-mayat hidup yang menghalangi laju bus bertingkat ini. Mereka menembaki mayat-mayat hidup itu seperti sedang menembak hewan buruan. Salah satu dari mereka bahkan melakukannya seperti sedang bersenang-senang.

Ha ha, Mati kalian. Hey Jhoni, cobalah bersenang-senang sedikit. Yah, lakukan saja sendiri. Alex, biarkan ia sendiri. Santai saja pak Khai, aku hanya bercanda. Untuk menghilangkan bosan aku mencoba berbaur dengan penumpang lainnya. Kuhampiri seorang wanita, ia sedang duduk melamun sambil memandang kejendela. Hai, sedang apa? Ia masih diam. Aku Jhoni, dan kamu? Dengan tersenyum, Audy. Wah, kamu ternyata bisa ngomong ya? Dengan tersenyum lagi.

Meski ia tetap saja bersikap dingin, sedikit demi sedikit kami cukup banyak mengobrol. Hal itu cukup ampuh untuk menghilangkan ketegangan dari keadaan sedang terjadi. Hari yang beranjak malam membuat ku ingin tidur. Kuputuskan untuk naik kelantai atas bus untuk beristirahat. Diatas terlihat banyak juga orang yang beristirahat. Lalu, aku pun tertidur lelap.

Beberapa saat kemudian aku terjaga oleh suara aneh yang terdengar di sebelah ku. Seorang pria yang mengerang-ngerang seperti kerasukan. Orang disamping nya mencoba menenangkannya. Tapi firasat ku berkata ada yang aneh dengan pria ini, ia lalu mengamuk, berlari, dan menabrak kaca jendela belakang. Sontak saja semua penumpang bis jadi ketakutan. Bis pun berhenti sejenak, Aku pun melihat melalui jendela belakang yang bolong untuk memastikan. Pria itu tergeletak di jalan, apa ia sudah mati? Ternyata tidak, ia bangkit kembali. Tapi itu bukanlah pria yang sama lagi. Ia mengamuk-ngamuk sambil menghentak-hentak aspal dengan tangannya. Supir bus yang melihat dari kaca spion, segera menggas habis bus dengan laju kencang.

Mayat hidup yang menggila berusaha mengejar bus. Pak Khai mencoba menembak, tapi ia mampu menghindari peluru-peluru yang dimuntahkan dengan gesitnya. Para penumpang semakin histeris melebihi penonton sebuah konser. Aku juga mencoba melemparinya dengan bangku-bangku yang sudah dirusak olehnya tadi. Benat-benar mayat yang tidak mau mati. Lalu tiba-tiba Audy mendekati Supir. Hentikan busnya. Apa? Hentikan busnya sekarang! Bus yang berhenti mendadak membuat mayat itu terkejut, ia pun terlindas dengan cukup tragis. Alex memeriksa ke bawah bus. Ha ha. Ada dendeng mayat bro! Yup, Missi berhasil. Saatnya melanjutkan perjalanan.

Supir sepertinya mulai sedikit cemas dengan keadaan bahan bakar bus. Sepanjang perjalanan, kami berharap dapat segera menemukan tempat pengisian bahan bakar mesin yang sudah mulai kelelahan. Hari menjelang subuh. Di tengah perjalanan akhirnya kami menemukan tempat pengisian bensin.


The Devil Hunter

Setelah kejadian munculnya wabah baru di kota yang kutinggali. Seluruh akses untuk memperoleh informasi menjadi terputus. Bayangkan hidup tanpa TV, Radio, Handphone dan Internet. Semua seperti kembali pada zaman batu.

Segala macam perbekalan yang ada di bus yang ku tumpangi ini pun hamper tidak mencukupi. Jalanan tol yang luas akhirnya membawa ku dan beberapa orang yang masih bertahan hidup ke sebuah pom bensin. Sepertinya enggak ada seorang pun yang mengelolanya. Alex dan 5 orang bersenjata yang lain menjaga di sekitar bus, Sambil menjaga si supir yang sedang mengisi bensin agar tetap hidup.

Kebetulan di tempat itu ada sebuah supermarket. Untuk menambah perbekalan yang sudah hampir habis, aku memutuskan masuk ke supermarket itu. Pak Khai memanggil.

Hey nak! Mau kemana?
Ke supermarket itu.
Kau tak ingin mati muda kan? Bawa ini bersama mu!
Ia memberikan salah satu senjatanya padaku. Lalu aku pun masuk. Tempat ini lumayan gelap. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak ku ingikan, maka bergegas aku mengambil segala keperluan yang ada kedalam kantong-kantong besar yang kubawa. Lalu aku segera keluar. Pak khai pun menghampiriku.

Sudah semuanya?
Saat ku periksa, ternyata ada satu hal yang terlupa.
Oh, aku lupa mengambil batter HP, dan pulsa. Sebentar ya! Aku segera kembali.
Setelah ku berikan perbekalan yang kukumpulkan tadi. Aku kembali ke supermarket. Lalu aku berjalan menyusuri dan mencari. Ternyata ku temukan ada di tempat kasir. Saat aku berbalik aku mendengar suara ketukan pintu dari balik gudang. Kucoba membuka, karma kemungkinan ada seseorang yang masih hidup dibalik pintu itu. Saatku buka, ternyata tidak ada siapa pun disana.

Ketika aku berbalik, aku melihat seorang gadis kecil yang berdiri di ujung lorong supermarket. Ia melihat kepintu keluar. Kucoba mendekati, saat ku menyapa. Hai adik kecil! Ia pun menoleh. Wow! Wajahnya yang terkelupas menampakan tengkoraknya yang berlumuran darah. Lalu ia pun menghilang lagi.

Ia melompat dan memanjat kesana-sini. Berkali-kali kucoba menembakkan peluru kearahnya. Tapi hanya melubangi dinding-dinding saja. Aku mulai sedikit kalang kabut menghadapinya, lagi pula aku tidak pernah siap untuk hal yang seperti ini. Ia  berlari dan lalu melompat kearahku. Astaga peluru sudah habis. Aku pun pasrah dan menutup mata ku. Lalu suara tembakan sniper datang dari arah pintu keluar. Saat ku buka mata. Makhluk itu sudah tergeletak mati dengan tembakan tepat di kepala. Kulihat sesosok manusia dengan senjata sniper. Pandanganku yang mulai jelas mengenali sosok itu. Audy? Ucapku dengan terkejut. Dan ia menjawab, Ayo Jhoni! Perjalanan masih panjang.

Lalu kami pun keluar. Saat diluar, sekelompok mayat keluar dari dalam toilet pom bensin. Alex pun memanggil kami. Hey, Ayo!  Kami pun berlari sambil menembaki mayat hidup itu, dan segera memasuki bus. Sebelum bus pergi, salah satu mayat hidup mendekati pintu. Door! door! Mayat mati dan kami pun pergi.

Saat pergi aku baru menyadari ada beberapa orang yang tertinggal di pom bensin tadi. Aku tak mampu membayangkan hal mengerikan apa yang akan terjadi pada mereka.

Zombie Nation

Kejadian di supermarket kemarin membuatku tidak jera, tapi membuatku tetap waspada. Tiga hari tanpa adanya alat komunikasi. Akhirnya Handphone ku bisa digunakan lagi Kucoba hubungi rumahku, tapi tidak ada jawaban. Aku penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Untuk itu aku mencoba menghubungkannya ke internet melalui laptopku. Saat ku lihat di situs-situs jaringan berita dunia. Ternyata semua ini juga terjadi di seluruh penjuru dunia.

Bersambung.....